Powered By Blogger

Translate

Kamis, 13 November 2014

Proposal peningkatan hasil belajar IPS degan metode diskusi terbimbing pada siswa kelas VI SD Negeri Cicarimanah Kecamatan Situraja Kabupaten Sumedang



 oleh Edi Junaedi
STKIP Sebelas April Sumedang

BAB  I
PENDAHULUAN
A.  Latar Belakang Masalah
                  Pendidikan merupakan sesuatu yang mutlak ada dan harus dipenuhi dalam rangka meningkatkan kualitas hidup masyarakat. Pendidikan harus bertumpuh pada pemberdayaan semua komponen masyarakat melalui peran sertanya dalam mewujudkan tujuan pendidikan yang dirumuskan secara jelas dalam Undang­Undang No 20 Tahun 2003 pendidikan nasional bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis Berta bertanggung jawab. Oleh karena itu, bidang pendidikan perlu dan harus mendapatkan perhatian, penanganan dan prioritas secara sungguh-sungguh baik oleh pemerintah, masyarakat pada umumnya dan para pengelola pendidikan pada khususnya.

1

                  Upaya peningkatan kualitas pembelajaran yang tergambar dari hasil belajar terns dilakukan. Namun untuk mencapai hasil seperti yang diharapkan, tidaklah semudah membalikkan telapak tangan. Hal ini terlihat dengan masih rendahnya daya serap siswa yang tergambar melalui hasil belajar yang diperoleh sebagai indikator mutu pendidikan. Belajar mengandung dua pokok pengertian yaitu proses dan hasil belajar. Proses belajar disini dimaknai sebagai suatu kegiatan dan usaha untuk mencapai perubahan tingkah laku, sedang perubahan tingkah laku tersebut merupakan hasil belajar. Hasil belajar dalam dunia pendidikan pada umumnya ditunjukkan dengan prestasi belajar. Artinya bahwa keberhasilan proses belajar mengajar salah satunya dapat dilihat pada hasil atau pestasi yang dicapai siswa pada setiap rangkaian mata pelajaran.

                  Secara umum, pendidikan SD Negeri  10 Parenring Kecamatan Tanete Riaja Kabupaten Barru mengalami masalah dalam mengarahkan anak didik yang lebih cenderung bermain, sehingga pelajaran yang diberikan sangat susah untuk dipahami. Disisi lain, tingkat penguasaan pelajaran IPS mereka masih sangat rendah. Hal ini dibuktikan dengan nilai rata-rata siswa hanya 5,80 pada semester I tahun ajaran 2010/2011.
                  Para ahli menyadari bahwa mutu pendidikan sangat tergantung pada kualitas guru dalam praktik mengajarnya. Guru merupakan salah satu komponen yang sangat besar pengaruhnya terhadap peningkatan kemampuan siswa, karena gurulah yang berhadapan langsung dengan siswa dalam proses pembelajaran. Seorang guru harus dapat menciptakan suasana proses pembelajaran yang memungkinkan siswa untuk rajin belajar.
                  Metode mengajar adalah salah satu aspek yang harus dikuasai oleh seorang guru untuk menciptakan suasana tersebut, karena penggunaan metode yang tepat akan dapat meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi pelajaran yang diberikan oleh gurunya. Oleh karena itu, tiap guru hendaknya dapat memilih atau mengkombinasikan beberapa metode mengajar yang tepat agar dapat menciptakan lingkungan belajar yang kondusif, dalam artian dapat mengacu keingintahuan dan memotVIasi siswa agar terlibat aktif dalam kegiatan belajar mengajar. Keterlibatan siswa secara aktif dalam proses belajar mengajar akan memberi peluang besar terhadap pencapaian tujuan pembelajaran.
                  Pembelajaran IPS juga ditemukan keragaman masalah sebagai  berikut: 1) Dalam pembelajaran IPS sering terlihat bahwa siswa kurang aktif dalam mengikuti pelajaran, 2) KreatVIitas siswa dalam membuat dan menyampaikan ide-idenya masih sangat rendah, 3) Kurangnya kemandirian siswa dalam mengerjakan PR dan mempelajari materi pelajaran, 4) Permasalahan lain yang sering ditemukan pada saat ini adalah kemampuan siswa dalam menguasai materi pelajaran.
                  Berdasarkan beberapa asumsi dan permasalahan yang dihadapi dalam pendidikan, maka diperlukan metode mengajar yang relevan untuk mengantarkan siswa mencapai tujuan pendidikan melalui pengajaran. Guru harus mampu menawarkan metode yang lebih efektif yang dapat mengembangkan pemahaman siswa dalam pembelejaran Berta harus diimbangi dengan kemampuan guru dalam menguasai metode tersebut. Salah satu metode yang tepat menurut peneliti adalah metode diskusi terbimbing.
                  Dengan diterapkannya metode diskusi terbimbing diharapkan hasil belajar IPS siswa dapat lebih meningkat. Untuk itu diperlukan upaya seorang guru agar mampu menerapkan metode tersebut.
                  Dari uraian di atas maka penulis akan mengadakan penelitian tentang meningkatkan hasil belajar IPS dengan menggunakan metode diskusi terbimbing pada siswa kelas VI SD Negeri 10 Parenring Kecamatan Tanete Riaja Kabupaten Barru.
B.  Perumusan Masalah
                  Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Apakah metode diskusi terbimbing dapat meningkatkan hasil belajar IPS pada siswa kelas VI SD Negeri 10 Parenring Kecamatan Tanete Riaja Kabupaten Barru”.
C.  Tujuan Penelitian
                  Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan hasil belajar IPS degan metode diskusi terbimbing pada siswa kelas VI SD Negeri 10 Parenring Kecamatan Tanete Riaja Kabupaten Barru.
D.  Manfaat Penelitian
                  Dari hasil penelitian ini diharapkan :
      1.   Manfaat Teoretis
            a.   Bagi program studi pendidikan guru sekolah dasar, sebagai masukan tentang penerapan metode diskusi terbimbing dalam upaya meningkatkan hasil belajar IPS siswa kelas VI SD Negeri 10 Parenring Kecamatan Tanete Riaja Kabupaten Barru.
            b.   Sebagai bahan referensi dan perbandingan bagi peneliti selanjutnya yang akan mengkaji masalah yang relevan dengan penelitian ini.
      2.   Manfaat Praktis
            a.   Bagi guru, sebagai masukan bagi guru untuk dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam menggunakan metode pembelajaran yang sesuai dan efektif.
            b.   Bagi sekolah, hasil penelitian ini akan memberikan informasi yang berharga terhadap upaya perbaikan pembelajaran sehingga dapat menunjang tercapainya target kurikulum dan daya serap siswa yang diharapkan.


BAB II
Kajian Pustaka, Kerangka Pikir Dan Hipotesis Tindakan
A.  Kajian Pustaka
1.   Metode Diskusi Terbimbing
      a.   Pengertian Metode Diskusi Terbimbing
                  Di dalam pelaksanaan tugasnya sehari-hari, tentu saja seorang guru selalu ingin agar ia berhasil dalam mengajarkan semua ilmu pengetahuan, kecakapan dan keterampilan yang diajarkan kepada siswa-siswanya sehingga dapat dimengerti,  diingat dan direproduksi oleh siswa-siswanya.
                  Bukanlah pekerjaan yang mudah untuk memperoleh hasil mengajar seperti yang dicita-citakan. Siswa-siswa bukanlah sehelai kertas putih yang dapat ditulisi semau penulis atau seperti botol kosong yang dapat diisi air sekehendak sipengisi. Karena mengajarkan suatu bahan pelajaran dengan baik dibutuhkan dari guru suatu usaha pengorganisasian yang matang dari semua komponen dari suatu situasi mengajar. Komponen-komponen itu antara lain : tujuan, materi, metode, mengajar, alat pelajaran dan evaluasi. Dalam segala kegiatan mengajar komponen metode memainkan peranan yang penting. Tanpa metode mengajar yang tepat seluruh proses dan hasil belajar akan sia-sia belaka.
                  Sebelum kita membahas pengertian metode diskusi terbimbing, ada baiknya kita mengemukakan dahulu pengertian metode mengajar itu sendiri.
                  Metode mengajar adalah alat yang dapat merupakan bagian dari perangkat alat dan cara dalam pelaksanaan suatu strategi belajar mengajar. Dan karena strategi belajar mengajar merupakan sarana atau alat untuk mencapai tujuan-tujuan belajar, maka metode mengajar merupakan alat pula untuk mencapai tujuan belajar (Hasibuan, 2000: 3).
                  Hakekat pengajaran pada kenyataannya bahwa pada pihak guru, kita lihat usaha untuk menimbulkan perubahan pada siswa sedangkan pada pihak siswa kita lihat suatu keinginan untuk berubah atau mengubah diri. Oleh sebab itulah maka pengetahuan tentang metode-metode mengajar atau yang disebut metode pengajaran sangat diperlukan oleh para pendidik. Berhasil tidaknya siswa belajar sangat tergantung pada tepat tidaknya metode mengajar yang dipergunakan oleh guru
                  Menurut Sanjaya (2008: 154) metode diskusi adalah metode pembelajaran yang menghadapkan siswa pada suatu  permasalahan.
                  Selanjutnya Fathurrahman (2007: 179) mengatakan bahwa:
                  Metode diskusi adalah suatu cara penyajian bahan pelajaran dimana guru memberi kesempatan kepada para siswa (kelompok-kelompok siswa) untuk mengadakan perbincangan ilmiah guna mengumpul-kan pendapat, membuat kesimpulan atau penyusun berbagai alternatif pemecahan atas sesuatu masalah.

                  Kegiatan belajar mengajar dengan menggunakan metode diskusi benar-benar beralih dari guru kepada siswa. Di dalam metode diskusi siswa-siswa mendapat tempat yang wajar dalam kehidupan sekolah. Demikian pula fungsi guru sebagai pendidik, akan lebih memperoleh tempatnya disamping sebagai seorang yang menyampaikan suatu bahan pelajaran kepada siswa-siswanya.
                  Suasana kehidupan di dalam kelas akan terasa sebagai suatu kehidupan yang nyata. Siswa tidak hanya menjadi pendengar atau yang ditanyai saja. Arus komunikasi tidak hanya datang mengalir dari pihak guru kepada siswa, melainkan merupakan arus lalu lintas pembicaraan dengan siswa.
                  Selanjutnya menurut Mulyono (2003:184) diskusi terbimbing adalah :
                  Merupakan cara mengajar dalam pembahasan dan penyajian materinya melalui pemberian problema atau pertanyaan masalah yang harus dijawab/diselesaikan berdasarkan pendapat atau keputusan secara bersama.

                  Menurut Karo-Karo (1984) dalam situs internet www.diskusi terbimbing.com diakses tanggal 7 Mei 2010 bahwa :
                  Metode diskusi terbimbing adalah suatu cara penyajian bahan pelajaran dengan menugaskan siswa atau kelompok pelajar melaksanakan percakapan ilmiah untuk mencapai kebenaran dalam rangka mewujudkan tujuan pengajaran.

                  Dengan model diskusi ini berarti ada proses interaksi antara dua atau lebih indVIidu yang terlibat saling tukar menukar pengalaman, maupun informasi, untuk memecahkan masalah. Pelaksanaan model diskusi dalam proses belajar mengajar akan dapat mempertinggi partisipasi siswa secara indVIidual dan mengembangkan rasa sosial.
                  Berdasarkan beberapa pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa metode diskusi terbimbing adalah salah satu cara yang digunakan seorang guru dalam menyajikan bahan pelajaran dengan pemberian masalah atau problem yang harus dijawab atau diselesaikan berdasarkan pendapat atau keputusan secara bersama.
      b.   Manfaat, kelebihan dan kekurangan metode diskusi
            1).  Manfaat metode diskusi
                  Manfaat metode diskusi antara lain untuk:
                  a)   Melatih siswa agar berani mengemukakan pendapat di muka umum secara sistematis, menentukan pengambilan keputusan yang bertanggung jawab, bertindak konsisten dan konsekuen dengan hal-hal yang telah diputuskan, serta dapat mengembangkan hal-hal yang telah diperoleh sekarang ke arah yang lebih sempurna.
                  b)   Merangsang siswa agar lebih bersedia menggali, memahami, dan mencari alternatif-alternatif pemecahan masalah yang sedang didiskusikan.
                  c)   Memberi kesempatan kepada para pelajar untuk lebih mempelajari hubungan antara manusia dan mengembangkan diri ke arah wawasan pribadi secara mantap.
                  d)   Mengembangkan diri siswa sehingga menjadi lebih alih dan cakap untuk mengelola bidang-bidang kegiatan yang sesuai dengan kemampuannya.
                  e)   Lebih memahami orang lain dengan segala kelebihan dan kekurangan yang dimiliki oleh yang bersangkutan (Fathurrahman, 2007: 182).

                        Berdasarkan pendapat di atas dapat dilihat bahwa metode diskusi sangat bermanfaat untuk mengembangkan, merangsang dan melatih siswa agar berani mengemukakan pendapat, dan memahami orang lain dengan segala kelebihan dan kekurangannya.
            2).  Kelebihan-kelebihan metode diskusi
                  a)   Melibatkan siswa secara langsung dalam proses belajar mengajar.
                  b)   Memupuk kepercayaan kepada diri sendiri
                  c)   Mengembangkan berbagai pendapat dari berbagai sumber
                  d)   Menghasilkan pandangan baru
                  e)   Memudahkan pencapaian tujuan
                  f)   Melatih siswa belajar bertukar pikiran dan berfikir secara terarah
                  g)   Memupuk sikap toleran, mau menerima dan memberi
                  h)   Mengembangkan kebebasan intelek siswa
                  i)    Memberi kesempatan kepada mereka untuk menjalin hubungan atau kerjasama berikutnya (Fathurrahman, 2007: 183).

            3).  Kelemahan-kelemahan metode diskusi
                  Kelemaham metode diskusi adalah:
                  a)   Hasil diskusi tidak bisa dicapai dengan baik, sebab diskusi menyimpang dari pokok bahasan.
                  b)   Diskusi tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya jika peserta tidak mempunyai latar belakang pengetahuan tentang masalah yang didiskusikan.
                  c)   Diskusi tidak akan melibatkan segenap peserta bila pemimpin kurang bijaksana.
                  d)   Diskusi mungkin dikuasai atau diambil alih oleh orang-orang tertentu saja (Sanjaya, 2008: 155).

                        Bertolak dari pendapat di atas dapat dilihat bahwa metode diskusi disamping  memiliki kelebihan juga memiliki kelemahan metode diskusi dapat melatih belajar bertukar pikiran, namun diskusi tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya jika peserta tidak mempunyai latar belakang pengetahuan tentang masalah yang didiskusikan. Metode diskusi dapat mengembangkan berbagai pendapat dari berbagai sumber akan tetapi diskusi tidak bisa dicapai dengan baik, jika diskusi menyimpang dari pokok bahasan.
      c.   Langkah-langkah penggunaan metode diskusi kelompok
                        Sanjaya (2008: 156) mengemukakan langkah-langkah penggunaan metode diskusi kelompok adalah:          
                        1)   Guru mengemukakan masalah yang akan didiskusikan dan memberikan pengarahan seperlu-nya mengenai cara-cara pemecahannya. Dapat pula pokok masalah yang akan didiskusikan itu ditentukan bersama-sama oleh guru dan siswa. Yang penting judul atau masalah yang akan didiskusikan itu harus dirumuskan sejelas-jelasnya agar dapat dipahami baik-baik oleh setiap siswa.
                        2)   Dengan pimpian guru para siswa membentuk kelompo-kelompok diskusi, memilih pimpinan diskusi (Ketua, sekretaris (pencatat), pelapor (kalau perlu), mengatur tempat duduk, ruangan, sarana dan sebagainya). Pimpinan diskusi sebaiknya berada di tangan siswa yang:
                              a. Lebih memahami/menguasai masalah yang akan didiskusikan.
                              b. Berwibawa dan disenangi oleh teman-temannya
                              c. Berbahasa baik dan lancar bicaranya
                              d. Dapat bertindak tegas, adil dan demokratis

                              Tugas pimpinan diskusi antara lain ialah:
                              a. Pengatur dan pengarah acara diskusi
                              b. Pengatur lalu lintas percakapan
                              c. Penengah dan penyimpul berbagai pendapat
                        3)   Para siswa berdiskusi di dalam kelompoknya masing-masing, sedangkan guru berkeliling dari kelompok satu ke kelompok yang lain (kalau ada lebih dari satu kelompok) menjaga ketertiban serta memberikan dorongan dan bantuan sepenuhnya agar setiap anggota kelompok berpartisipasi aktif dan agar diskusi berjalan lancar. Setiap anggota kelompok harus tahu persis apa yang akan didiskusikan dan bagaimana caranya berdiskusi. Diskusi harus berjalan dalam suasana bebas, setiap anggota harus tahu bahwa hak bicaranya sama.
                        4)   Kemudian tiap kelompok melaporkan hasil diskusinya. Hasil-hasilnya yang dilaporkan itu ditanggapi oleh semua siswa (terutama dari kelompok lain). Guru memberi ulasan atau penjelasan terhadap laporan-laporan tersebut.
                        5)   Akhirnya para siswa mencatat hasil (hasil-hasil) diskusi, dan guru mengumpulkan laporan hasil diskusi dari tiap-tiap kelompok sesudah para siswa mencatatnya untuk file kelas.
                  Berdasarkan langkah-langkah yang dikemukakan di atas, maka penulis memberikan kesimpulan bahwa dalam penggunaan metode diskusi kelompok kita harus menerapkan langkah-langkah metode diskusi kelompok agar tujuan yang kita harapkan dapat tercapai sebagaimana mestinya.
2.   Hasil Belajar
      a.   Pengertian hasil belajar
                  Belajar merupakan suatu aktVIitas bagi setiap orang yang dapat terjadi setiap saat. Hal dari belajar ditandai dengan adanya perubahan pada diri orang yang belajar. Perubahan itu tidak hanya berkaitan dengan penambahan ilmu pengetahuan, tetapi menyangkut aspek organisme dan tingkah laku seseorang.
                  Dalam kamus Bahasa Indonesia hasil berarti sesuatu yang telah dicapai, dikerjakan dan sebagainya. Menurut Hidoyo (1990:139) memberikan batasan bahwa :
                  “Hasil belajar adalah proses berpikir menyusun hubungan-hubungan antara bagian-bagian interaksi yang telah diperoleh sebagai pengertian, karena itu orang jadi memahami dan menguasai hubungan-hubungan tersebut sehingga orang itu dapat menampilkan pemahaman dan penguasaan bahan pelajaran yang dipelajari”

                  Hasil belajar tidak akan pernah dihasilkan selama seseorang tidak melakukan kegiatan belajar. Kenyataan menunjukkan bahwa untuk mendapatkan hasil belajar yang baik tidak semudah yang dibayangkan tetapi harus didukung oleh sebuah kemauan dan minat dalam belajar serta program pengajaran yang baik.
      b.   Fungsi hasil belajar
                        Menurut Sudjana (2005:3) fungsi hasil belajar yaitu :
            1)   Alat untuk mengetahui tercapai tidaknya tujuan instruksional
            2)   Umpan balik bagi perbaikan proses belajar mengajar, perbaikan mungkin dilakukan dalam hal tujuan instruksional, kegiatan belajar siswa strategi mengajar guru.
            3)   Dasar dalam penyusunan laporan kemajuan belajar siswa kepada para orang tuanya. Dalam laporan tersebut dikemukakan kemampuan dan kecakapan belajar siswa dalam berbagai bidang studi dalam bentuk nilai-nilai prestasi yang dicapainya.
      c.   Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar
                  Hasil belajar siswa merupakan hasil interaksi antara berbagai faktor yang mempengaruhi, baik dari diri maupun dari luar diri siswa pengenalan terhadap faktor-faktor tersebut penting sekali artinya dalam membantu siswa mencapai hasil belajar yang sebaik-baiknya. Disamping itu, diketahui faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar, akan dapat diidentifikasi faktor yang menyebabkan kegagalan bagi siswa sehingga dapat dilakukan antisipasi atau penanganan secara dini agar siswa tidak gagal dalam belajarnya atau mengalami kesulitan belajar.
                  Purwanto (2007:102) mengemukakan faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar, yaitu :
                  1)   Faktor dari diri organisme itu sendiri yang disebut faktor indVIidual (kematangan/pertumbuhan, kecerdasan, latihan, motVIasi dan faktor pribadi).
                  2)   Faktor yang ada di luar indVIidu yang disebut faktor sosial (keluarga/keadaan rumah tangga, guru dan cara mengajarnya, alat-alat yang diperlukan dalam belajar mengajar, lingkungan dan kesempatan yang tersedia, dan memotVIasi.

                  Pendapat di atas relevan dengan pengklasifikasian faktorfaktor yang mempengaruhi hasil belajar sebagaimana dikemukakan oleh Slameto (1995: 54), yaitu:
                  1)   Faktorfaktor intern, berupa: faktor jasmaniah, terdiri atas: faktor kesehatan, cacat tubuh; faktor psikologis, terdiri atas: inteligensi, perhatian, minat, bakat, motif, kematangan, dan kesiapan; dan faktor kelelahan
                  2)   Faktorfaktor ekstern, berupa: faktor keluarga (cara orang tua mendidik, relasi antaranggota keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga, pengertian orang wa, dan latar belakang kebudayaan), faktor sekolah (metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, alat pelajaran, waktu sekolah, standar pelajaran di atas ukuran, keadaan gedung, metode belajar, dan tugas rumah), faktor masyarakat (kegiatan siswa dalam masyarakat, mass media, teman bergaul, dan bentuk kehidupan masyarakat).

                  Berdasarkan kedua pendapat di atas, pada hakikatnya terdapat berbagai faktor yang dapat mempengaruhi proses dan hasil belajar siswa, namun pada intinya pendataan belajar dapat diklasifikasikan atas dua faktor, yaitu faktor yang bersumber dari dalam diri siswa maupun dari luar dirinya. Faktor dari diri berupa faktor fisik, psikologis dan gaya belajar, sedangkan faktor dari luar diri siswa, yaitu faktor lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, lingkungan masyarakat, maupun lingkungan pergaulan siswa yang mempengaruhi aktivitas belajarnya sehari-hari.
B.  Kerangka Pikir
                  Kegiatan guru dalam proses belajar mengajar meliputi dua hal pokok yaitu belajar dan mengajar. Kegiatan belajar dimaksudkan secara langsung mengaitkan siswa untuk mencapai tujuan pengajaran, sedangkan belajar dimaksudkan adalah usaha siswa untuk menyerap apa yang diberikan oleh pengajar.
                  Apabila guru dalam melaksanakan pengajaran, berpedoman pada dimensi pengajaran efektif, maka pembelajaran melalui  metode diskusi terbimbing akan mendapat respon yang baik, dalam arti yang ditampilkan oleh seorang guru dalam pengajaran berlangsung akan mendapat penilaian yang tinggi dari berbagai pihak, khususnya siswa sehingga pada gilirannya guru dapat mengintropeksi diri tentang kekurangan yang dimiliki.
                  Adapun bagan dari kerangka pikir di atas adalah sebagai berikut :


               










               

               


               
Hasil Belajar  IPS meningkat








Gambar.1  Bagan Kerangka Pikir
C.  Hipotesis Tindakan
                 Hipotesis tindakan dalam penelitian ini adalah jika diterapkan metode diskusi terbimbing dalam pembelajaran, maka hasil belajar pada mata pelajaran IPS siswa kelas VI SD Negeri 10 Parenring Kecamatan Tanete Riaja Kabupaten Barru dapat meningkat.


BAB III
METODE  PENELITIAN
A.  Pendekatan dan Jenis Penelitian
                 Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kualitatif dan kuantitatif. Jenis penelitian ini adalah : penelitian tindakan kelas (PTK) yang akan dilaksanakan dalam dua siklus dengan empat tahap yaitu perencanaan, pelaksanaan, tindakan, observasi dan refleksi.
                 Keempat langkah PTK ini mengacu pada modifikasi diagram oleh model Kurt Lewin (Umar dan Kaco, 2008:4) dalam bentuk spiral sebagai berikut :

               
Perencanaan
1
               


               

               

Refleksi
4
               
Siklus  I
               
Aksi
  2

               

               


               
Observasi
3
               


               
Perencanaan
5
               


               

               


               

               

Refeleksi
8
               
Siklus  II
               
Aksi
   6

               

               


               
Observasi
7
               

Gambar 3.1 PTK Model Kurf Lewin
B.  Fokus Penelitian
            Titik perhatian dalam penelitian ini yaitu penerapan metode diskusi terbimbing dengan menyelidiki beberapa faktor antara lain :
       1.  Faktor guru, yaitu melihat sejauhmana kemampuan guru menerapkan metode diskusi terbimbing dalam pembelajaran.
       2.  Faktor siswa yaitu keaktifan siswa dalam proses belajar mengajar serta kemampuan mereka dalam menyelesaikan soal-soal yang diberikan.
       3.  Faktor hasil, yaitu setelah mengikuti kegiatan pembelajarandengan penerapan metode diskusi terbimbing maka hasil belajar siswa meningkat.
C.  Setting dan Subyek Penelitian
            Penelitian ini dilakukan di SD SD Negeri 10 Parenring Kecamatan Tanete Riaja Kabupaten Barru. Subyek penelitian adalah seluruh siswa kelas VI tahun pelajaran 2010/2011 sebanyak 35 orang yang terdiri dari 19 laki-laki dan 16 perempuan. Untuk lebih jelasnya keadaan subyek dapat dilihat pada tabel berikut:
      Tabel 1.   Keadaan subyek
No
               
Kelas
               
Jenis Kelamin
               
Jumlah
Laki-laki
               
Perempuan
1.
               
VI
               
19
               
16
               
35

               
Jumlah
               
19
               
16
               
35
        Sumber data : Papan Potensi SD SD Negeri 10 Parenring Kecamatan Tanete Riaja Kabupaten Barru

D.  Prosedur Penelitian
                Penelitian tindakan kelas berisi rencana tindakan, aksi atau tindakan, observasi dan refleksi, dengan menggunakan model siklus sebanyak dua siklus, setiap satu siklus 2 kali pertemuan.
      1.   Siklus pertama
            a. Tahap perencanaan merupakan langkah awal dalam penelitian dengan menetapkan rencana yang akan dilakukan dalam meningkatkan hasil belajar IPS siswa kelas VI SD Negeri 10 Parenring dengan menggunakan metode diskusi terbimbing. Rencana yang disusun berkaitan dengan langkah-langkah dalam pembelajaran IPS dengan menggunakan metode diskusi terbimbing. Perencanaan ini juga mencakup tentang kegiatan aksi, observasi dan refleksi yang dilakukan.
            b. Aksi merupakan tindakan yang akan dilakukan sebagai upaya perbaikan atau meningkatkan kemampuan belajar IPS siswa kelas VI. Hal ini merupakan tindak lanjut dari perencanaan dalam siklus pertama, yaitu dengan memberikan pembelajaran IPS dengan menggunakan metode diskusi terbimbing sebagai aksi pertama dalam pembelajaran IPS. Dalam pembelajaran, siswa diberikan soal-soal IPS sementara guru menjelaskan tata cara penyelesaiannya. Selanjutnya siswa diberi soal-soal IPS sebagai tes pertama dalam mengukur hasil belajar IPS siswa, yaitu soal yang relevan dengan materi pelajaran IPS dengan menggunakan metode diskusi terbimbing pada siklus pertama.
            c. Observasi merupakan pengamatan terhadap proses pembelajaran IPS dengan menggunakan metode diskusi terbimbing sekaligus mengamati dampak dari tindakan yang dilaksanakan berkaitan dengan pembelajaran IPS. Objek observasi yaitu berkaitan dengan proses pembelajaran IPS oleh guru, mulai dari kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan akhir. Demikian pula terhadap partisipasi siswa dalam proses pembelajaran IPS.
            d. Refleksi merupakan kegiatan mengkaji dan mempertimbangkan atas hasil dari aksi atau tindakan yang dilakukan dalam pembelajaran IPS dengan menggunakan metode diskusi terbimbing dalam siklus pertama.
      2.   Siklus kedua
            a. Tahap perencanaan merupakan langkah-langkah yang akan dilakukan dalam siklus kedua dengan berdasar pada hasil siklus pertama pada siswa kelas VI SD Negeri SD Negeri 10 Parenring Kecamatan Tanete Riaja Kabupaten Barru. Rencana yang disusun berkaitan dengan langkah-langkah dalam pembelajaran dengan menggunakan metode diskusi terbimbing. Perencanaan ini juga mencakup tentang kegiatan aksi, observasi dan refleksi yang dilakukan.
            b. Aksi merupakan tindakan yang akan dilakukan sebagai upaya perbaikan atau meningkatkan kemampuan belajar IPS siswa kelas VI. Hal ini merupakan tindak lanjut dari perencanaan dalam siklus pertama sekaligus melakukan perbaikan berdasarkan hasil siklus pertama, yaitu memberikan pembelajaran IPS dengan menggunakan metode diskusi terbimbing sebagai aksi kedua dalam pembelajaran IPS. Dalam pembelajaran, siswa diberikan soal-soal IPS sementara guru menjelaskan tata cara penyelesaiannya. Selanjutnya siswa diberikan soal-soal IPS sebagai tes kedua dalam mengukur hasil belajar IPS siswa, yaitu soal yang relevan dengan materi pelajaran IPS dengan menggunakan metode diskusi terbimbing pada siklus ke 2.
            c. Observasi merupakan pengamatan terhadap proses pembelajaran IPS dengan menggunakan metode diskusi kelompok sekaligus mengamati dampak dari tindakan yang dilaksanakan berkaitan dengan pembelajaran IPS. Objek observasi yaitu berkaitan dengan proses pembelajaran IPS oleh guru, mulai dari kegiatan awal, kegiatan inti dan kegiatan akhir. Demikian pula terhadap partisipasi siswa dalam proses pembelajaran IPS.
            e. Refleksi merupakan kegiatan hasil dari aksi atau tindakan yang dilakukan dalam pembelajaran IPS dengan menggunakan metode diskusi terbimbing dalam siklus ke 2.
E.   Teknik Pengumpulan Data
                Pengumpulan data penelitian ini ditempuh dengan menggunakan teknik tes, observasi dan dokumentasi.
       1.  Teknik Tes
                     Tes adalah alat evaluasi yang bersifat objektif dan sistematis untuk memperoleh data atau keterangan-keterangan yang diinginkan tentang seseorang dengan cara yang cepat dan tepat.   Teknik tes dimaksudkan untuk memperoleh data hasil belajar IPS siswa kelas VI SD Negeri 10 Parenring Kecamatan Tanete Riaja Kabupaten Barru dari setiap siklus dengan penerapan metode diskusi terbimbing.
       2.  Teknik observasi
                     Observasi adalah suatu pengamatan langsung terhadap siswa dengan memperhatikan tingkah lakunya.
                     Kegiatan observasi dimaksudkan untuk mengamati proses pelaksanaan pembelajaran IPS oleh guru pelajaran IPS di kelas VI SD Negeri 10 Parenring, mulai dari kegiatan awal, kegiatan inti dan kegiatan akhir. Demikian pula terhadap partisipasi siswa dalam proses pembelajaran IPS melalui metode diskusi terbimbing.
       3.  Teknik Dokumentasi
                     Dokumentasi adalah cara pengumpulan data melalui pencatatan, peningkatan tertulis seperti arsip, dan lain-lain.
                     Dalam penelitian ini teknik dokumentasi digunakan untuk mencatat banyaknya siswa kelas VI SD Negeri 10 Parenring dan rencana pelaksanaan pembelajaran mata pelajaran IPS di kelas VI.
F.    Teknik Analisis Data dan Indikator Keberhasilan
                     Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif berdasarkan hasil tes penelitian dengan menggunakan distribusi frekuensi dan persentase. Nilai yang diperoleh selanjutnya dikelompokkan menjadi lima kategori. Kriteria untuk menentukan hasil belajar siswa dikenakan teknik kategorisasi sebagai berikut :
                Skor 0 – 34 dikategorikan sangat rendah
                Skor 35 – 54 dikategorikan rendah
                Skor 55 – 64 dikategorikan sedang
                Skor 65 – 84 dikategorikan tinggi
                Skor 85 – 100 dikategorikan sangat tinggi.
                Indikator dalam penelitian tindakan kelas ini adalah setelah diterapkan pembelajaran dengan metode diskusi terbimbing setiap awal pembelajaran, maka kualitas belajar IPS mengalami peningkatan. Kualitas kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal IPS ditandai dengan meningkatnya skor rata-rata dan ketuntasan belajar siswa.
                Adapun teknik analisis kualitatif akan digunakan kategori ketuntasan belajar siswa yaitu seorang siswa dikatakan telah tuntas hasil belajarnya bila ia telah mencapai skor 65% atau 6,5 dan ketuntasan klasikal tercapai jika minimal 85% mencapai nilai 65 dari skor ideal 100.


DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi, 2004. Prosedur Penelitian Jakarta : Rineka Cipta
Djamara, Syaiful Basri, 2000. Psikologi Belajar. Jakarta : Rineka Cipta.
Fathurrahman, 2007. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : Rineka Cipta
Ginting, Abdurrahman, 2008. Esensi Praktis Belajar dan Pembelajaran. Yogyakarta: Condong Catur
Hasibuan, J.S. 2000. Metode Pengajaran dan Kesulitan-Kesulitan Belajar Bandung : Tarsito.
Hudoyo, Herman, 2003. Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran Matematika. Malang : UnVIersitas Negeri Malang.
Kasri, Khafid dkk. 2007. Pelajaran matematika, Jakarta : Erlangga
Muslimin, dkk 2008. Panduan Penulisan Skripsi. Makassar Prodi PGSD FIB UNM
Natawijaya, Rahman, 2007. Psikologi Pendidikan. Jakarta : Rajawali
Roestiyah, N.K, 1995. Didaktik Metodik, Jakarta : PT. Bumi Aksara
Sanjaya, Nina 2008. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta : Kencana Prenada Media.
Slameto, 2003. Belajar dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Jakarta : Rineka Cipta
Sudjana, Nana, 2005. Proses belajar mengajar. Bandung : Sinar Baru Aljesindo
Sumanto, dkk. 2008. Gemar Matematika 5. Jakarta : Departemen Pendidikan Nasional.
Tirtaraharja, Umar 1984. Mengenal Metode Pengajaran di Sekolah dan Pendekatan Baru dalam Proses Belajar Mengajar. Yogyakata : Armada.
Umar, A. dan Kaco, N. 2007. Penelitian Tindakan Kelas, Terlaksana Badan Penerbitan UNM.
Yuniarto, S. 2007. Cerdas Matematika. Jakarta : Regina

Tidak ada komentar:

Posting Komentar