SUMEDANG, (PRLM).- Demam batu akik (agate) kini
tengah melanda masyarakat Indonesia. Tak terkecuali warga Jawa Barat,
termasuk Kab. Sumedang. Batu akik kini digandrungi semua golongan dan
strata sosial. Dari mulai pejabat, polisi, tentara, pengusaha,
pedagang, guru hingga masyarakat umum lainnya.
Tak hanya orang dewasa, kawula muda pun ikut “tertular” batu akik
tersebut. Sepertinya, tren batu akik kini tak sebatas memperlihatkan
strata sosial, melainkan sudah menjadi bagian dari life style utamanya
bagi kaum adam. Selain bisa menambah kewibawaan dan kegagahan, juga
bisa menambah percaya diri bagi si pemakainya.
Booming batu akik saat ini, seiring batu akik lokal asal nusantara
kini banyak diburu para kolektor dan buyers dari mancanegara. Sebab,
kualitasnya tak kalah bersaing bahkan nyaris menyamai kualitas batu
permata dari luar negeri, seperti safir, rubi dan pirus dari Birma,
Thailand, Afrika, Iran dan beberapa negara lainnya.
Beberapa jenis batu akik lokal Indonesia ternama dan sedang tren saat
ini, seperti halnya bacan jenis doko dan palamea dari daerah Bacan,
Kepulauan Halmahera, Maluku.
Tak kalah pamor, batu akik hijau ohen dari Bungbulang, Garut, batu
giok aceh, kalimaya dari Lebak, Banten, kecubung dari Kalimantan dan
satam (meteorit) dari Pulau Belitung.
Bagi para perajin dan kolektor batu akik di Sumedang, mencuatnya
batu akik lokal Indonesia khususnya yang berasal dari Jawa Barat dan
Banten, menjadi kebanggaan tersendiri.
Namun, rasa bangga itu seolah kurang sempurna karena belum ada batu
akik asli Sumedang yang pamor dan kualitasnya bisa menyamai batu hijau
ohen dari Bungbulang Garut atau Kalimaya dari Lebak, Banten.
“Kebanyakan konsumen yang datang ke konter saya untuk memotong bahan,
membentuk sekaligus memoles batu akik, jenis batu akiknya dari luar
Sumedang. Bahkan warga Sumedang sendiri merasa bangga memakai batu akik
dari luar Sumedang. Padahal, jika digali, saya yakin banyak batu akik
dari Sumedang yang kualitasnya bisa menyamai batu hijau garut, bacan,
kecubung dan pancawarna,” tutur salah seorang perajin batu akik asal
Sumedang, Lukman Hakim (55) ketika ditemui di konternya di Jln. Mayor
Abdurachman, Kec. Sumedang Utara, Minggu (26/10/2014).
Ia yang akrab dipanggil Aji menjelaskan, peluang dan potensi batu
akik asal Sumedang, dinilai begitu besar. Jika masyarakat mau
bersungguh-sungguh bahkan didukung oleh pemerintah daerahnya, bukan
mustahil masyarakat bisa mendapatkan batu akik asli Sumedang dengan
menggali di dalam tanah atau mencari di sungai. Apalagi, Sumedang kaya
akan potensi alam berupa pegunungan dan beberapa sungai besar.
“Di Aceh, terkenal dengan sumber batu akik dari Sungai Dareh. Nah,
kita punya Sungai Cipeles dan Cimanuk. Bukan mustahil, di balik derasnya
aliran sungai-sungai besar tersebut, tersimpan bahan baku batu akik
berkualitas tinggi. Jika dieksplorasi, saya yakin bakal menemukan batu
akik asal Sumedang,” kata suami dari Ny. Suteja Rochaeti.
Tak hanya sungai, lanjut dia, wilayah Kab. Sumedang dikelilingi
pegunungan. Bahkan ada beberapa gunung yang terkenal, seperti Gunung
Tampomas di Cimalaka, Cakrabuana di Wado dan Gunung Lingga di Kec.
Cisitu.
Tak menutup kemungkinan, jika diteliti dan digali, masyarakat bisa
menemukan bebatuan keras yang mengandung bahan baku batu akik bermutu.
Tinggal keuletan dan kesungguhan warga Sumedang saja dalam mencari dan
menggali potensi tersebut.
Bagi para penambang pasir dan batu di kaki Gunung Tampomas, hendaknya
tak sekedar menambang galian C saja, melainkan mulai mencoba mencari
bongkahan batu akik.
“Saya sendiri pernah diajak warga setempat untuk menggali potensi
batu akik di balik air terjun di Gunung Lingga, Kec. Cisitu. Cuma,
lokasinya masih dirahasiakan. Ada pula informasi, sumber batu akik
Sumedang yang berkualitas ada di daerah Situraja dan Buahdua.
Seandainya nanti ditemukan batu akik asal Sumedang, semua masyarakat
Sumedang pasti akan bangga, bahkan saya akan sangat bangga memakainya,”
katanya.
Lebih jauh Aji menjelaskan, guna mengeksplorasi sumber bahan baku
batu akik asal Sumedang, hendaknya masyarakat difasilitasi oleh
pemerintah daerah.
Pemkab bisa mendatangkan para ahli geologi dari Bandung untuk
melakukan pemetaan dan penelitian beberapa lokasi yang berpotensi
tersimpan bahan baku batu akik berkualitas. Dalam pelaksanaannya, bisa
melibatkan para perajin dan kolektor batu akik.
“Bisa juga, pemkab mengadakan seminar atau workshop tentang potensi
bahan baku batu akik di Sumedang. Seminar tersebut sangat penting untuk
memberikan pengetahuan dan wawasan yang luas kepada masyarakat. Bisa
saja, para pesertanya diminta membawa batu akik dari daerahnya
masing-masing. Batu akik tersebut bisa diteliti langsung kualitasnya
oleh para ahli geologi. Sebab bukan tak mungkin, ada masyarakat yang
menemukan batu akik berkualitas asal Sumedang, tapi mereka tidak
mengerti dan memahaminya,” ujarnya.
Jika ke depan Sumedang memiliki sumber bahan baku batu akik bermutu,
seperti halnya batu hijau garut atau kalimaya banten, nama Sumedang akan
semakin ngetop di tingkat nasional bahkan bisa mendunia.
Penemuan batu akik itu akan menambah ikon Sumedang sebagai penghasil
batu akik, selain kota tahu dan daerah Cadas Pangeran. “Untuk namanya,
bisa dicari. Bisa nama daerah atau nama lokasi penemuannya,” ucap ayah
dari tiga anak tersebut.
Ia menambahkan, apabila Sumedang memiliki daerah sumber batu akik,
akan menciptakan lapangan kerja baru dan meningkatkan perekonomian
warga. Para perajin, kolektor dan pengusaha batu akik pun, akan
bertambah dan usahanya berkembang maju.
Para perajin tak hanya menjual batu akik saja, melainkan mereka bisa
melayani jasa pemotongan, membentuk dan memoles batu akik, termasuk
menjual batang cincinnya.
“Ongkos membentuk bahan batu akik saja, rata-rata bisa Rp 25.000
sampai Rp 50.000. Belum lagi menjual batang cincin. Harga penjualan
batu akiknya saja, dari ratusan ribu hingga jutaan rupiah. Dengan
booming batu akik saja, usaha para perajin di Sumedang terasa
menggeliat. Apalagi kalau Sumedang punya sumber bahan baku batu akik
berkualitas, perekonomian warga akan maju dan berkembang,” tutur Aji.
(Adang Jukardi/A-89)***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar