oleh Edi Junaedi
STKIP Sebelas April Sumedang
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masalah
Pendidikan merupakan sesuatu yang mutlak ada dan harus dipenuhi dalam
rangka meningkatkan kualitas hidup masyarakat. Pendidikan harus bertumpuh pada
pemberdayaan semua komponen masyarakat melalui peran sertanya dalam mewujudkan
tujuan pendidikan yang dirumuskan secara jelas dalam UndangUndang No 20 Tahun
2003 pendidikan nasional bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik
agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga
Negara yang demokratis Berta bertanggung jawab. Oleh karena itu, bidang
pendidikan perlu dan harus mendapatkan perhatian, penanganan dan prioritas
secara sungguh-sungguh baik oleh pemerintah, masyarakat pada umumnya dan para
pengelola pendidikan pada khususnya.
1
Upaya peningkatan kualitas pembelajaran yang tergambar dari hasil
belajar terns dilakukan. Namun untuk mencapai hasil seperti yang diharapkan,
tidaklah semudah membalikkan telapak tangan. Hal ini terlihat dengan masih
rendahnya daya serap siswa yang tergambar melalui hasil belajar yang diperoleh
sebagai indikator mutu pendidikan. Belajar mengandung dua pokok pengertian
yaitu proses dan hasil belajar. Proses belajar disini dimaknai sebagai suatu
kegiatan dan usaha untuk mencapai perubahan tingkah laku, sedang perubahan
tingkah laku tersebut merupakan hasil belajar. Hasil belajar dalam dunia
pendidikan pada umumnya ditunjukkan dengan prestasi belajar. Artinya bahwa
keberhasilan proses belajar mengajar salah satunya dapat dilihat pada hasil
atau pestasi yang dicapai siswa pada setiap rangkaian mata pelajaran.
Secara umum, pendidikan SD Negeri
10 Parenring Kecamatan Tanete Riaja Kabupaten Barru mengalami masalah
dalam mengarahkan anak didik yang lebih cenderung bermain, sehingga pelajaran
yang diberikan sangat susah untuk dipahami. Disisi lain, tingkat penguasaan
pelajaran IPS mereka masih sangat rendah. Hal ini dibuktikan dengan nilai
rata-rata siswa hanya 5,80 pada semester I tahun ajaran 2010/2011.
Para
ahli menyadari bahwa mutu pendidikan sangat tergantung pada kualitas guru dalam
praktik mengajarnya. Guru merupakan salah satu komponen yang sangat besar
pengaruhnya terhadap peningkatan kemampuan siswa, karena gurulah yang
berhadapan langsung dengan siswa dalam proses pembelajaran. Seorang guru harus
dapat menciptakan suasana proses pembelajaran yang memungkinkan siswa untuk
rajin belajar.
Metode mengajar adalah salah satu
aspek yang harus dikuasai oleh seorang guru untuk menciptakan suasana tersebut,
karena penggunaan metode yang tepat akan dapat meningkatkan pemahaman siswa
terhadap materi pelajaran yang diberikan oleh gurunya. Oleh karena itu, tiap
guru hendaknya dapat memilih atau mengkombinasikan beberapa metode mengajar
yang tepat agar dapat menciptakan lingkungan belajar yang kondusif, dalam
artian dapat mengacu keingintahuan dan memotVIasi siswa agar terlibat aktif
dalam kegiatan belajar mengajar. Keterlibatan siswa secara aktif dalam proses
belajar mengajar akan memberi peluang besar terhadap pencapaian tujuan
pembelajaran.
Pembelajaran IPS juga ditemukan keragaman masalah sebagai berikut: 1) Dalam pembelajaran IPS sering
terlihat bahwa siswa kurang aktif dalam mengikuti pelajaran, 2) KreatVIitas
siswa dalam membuat dan menyampaikan ide-idenya masih sangat rendah, 3)
Kurangnya kemandirian siswa dalam mengerjakan PR dan mempelajari materi
pelajaran, 4) Permasalahan lain yang sering ditemukan pada saat ini adalah
kemampuan siswa dalam menguasai materi pelajaran.
Berdasarkan beberapa asumsi dan permasalahan yang dihadapi dalam
pendidikan, maka diperlukan metode mengajar yang relevan untuk mengantarkan
siswa mencapai tujuan pendidikan melalui pengajaran. Guru harus mampu
menawarkan metode yang lebih efektif yang dapat mengembangkan pemahaman siswa
dalam pembelejaran Berta harus diimbangi dengan kemampuan guru dalam menguasai
metode tersebut. Salah satu metode yang tepat menurut peneliti adalah metode
diskusi terbimbing.
Dengan diterapkannya metode diskusi terbimbing diharapkan hasil belajar
IPS siswa dapat lebih meningkat. Untuk itu diperlukan upaya seorang guru agar
mampu menerapkan metode tersebut.
Dari
uraian di atas maka penulis akan mengadakan penelitian tentang meningkatkan
hasil belajar IPS dengan menggunakan metode diskusi terbimbing pada siswa kelas
VI SD Negeri 10 Parenring Kecamatan Tanete Riaja Kabupaten Barru.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah “Apakah metode diskusi terbimbing dapat meningkatkan
hasil belajar IPS pada siswa kelas VI SD Negeri 10 Parenring Kecamatan Tanete
Riaja Kabupaten Barru”.
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan hasil belajar IPS
degan metode diskusi terbimbing pada siswa kelas VI SD Negeri 10 Parenring
Kecamatan Tanete Riaja Kabupaten Barru.
D. Manfaat Penelitian
Dari
hasil penelitian ini diharapkan :
1. Manfaat Teoretis
a. Bagi program studi pendidikan guru sekolah
dasar, sebagai masukan tentang penerapan metode diskusi terbimbing dalam upaya
meningkatkan hasil belajar IPS siswa kelas VI SD Negeri 10 Parenring Kecamatan
Tanete Riaja Kabupaten Barru.
b.
Sebagai bahan referensi dan perbandingan bagi peneliti selanjutnya yang
akan mengkaji masalah yang relevan dengan penelitian ini.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi guru, sebagai masukan bagi guru untuk
dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam menggunakan metode
pembelajaran yang sesuai dan efektif.
b. Bagi sekolah, hasil penelitian ini akan
memberikan informasi yang berharga terhadap upaya perbaikan pembelajaran
sehingga dapat menunjang tercapainya target kurikulum dan daya serap siswa yang
diharapkan.
BAB II
Kajian Pustaka, Kerangka Pikir Dan Hipotesis Tindakan
A. Kajian Pustaka
1. Metode Diskusi
Terbimbing
a. Pengertian Metode Diskusi Terbimbing
Di
dalam pelaksanaan tugasnya sehari-hari, tentu saja seorang guru selalu ingin
agar ia berhasil dalam mengajarkan semua ilmu pengetahuan, kecakapan dan
keterampilan yang diajarkan kepada siswa-siswanya sehingga dapat
dimengerti, diingat dan direproduksi
oleh siswa-siswanya.
Bukanlah pekerjaan yang mudah untuk
memperoleh hasil mengajar seperti yang dicita-citakan. Siswa-siswa bukanlah
sehelai kertas putih yang dapat ditulisi semau penulis atau seperti botol
kosong yang dapat diisi air sekehendak sipengisi. Karena mengajarkan suatu
bahan pelajaran dengan baik dibutuhkan dari guru suatu usaha pengorganisasian
yang matang dari semua komponen dari suatu situasi mengajar. Komponen-komponen
itu antara lain : tujuan, materi, metode, mengajar, alat pelajaran dan
evaluasi. Dalam segala kegiatan mengajar komponen metode memainkan peranan yang
penting. Tanpa metode mengajar yang tepat seluruh proses dan hasil belajar akan
sia-sia belaka.
Sebelum kita membahas pengertian metode diskusi terbimbing, ada baiknya
kita mengemukakan dahulu pengertian metode mengajar itu sendiri.
Metode mengajar adalah alat yang dapat merupakan bagian dari perangkat
alat dan cara dalam pelaksanaan suatu strategi belajar mengajar. Dan karena
strategi belajar mengajar merupakan sarana atau alat untuk mencapai
tujuan-tujuan belajar, maka metode mengajar merupakan alat pula untuk mencapai
tujuan belajar (Hasibuan, 2000: 3).
Hakekat pengajaran pada kenyataannya bahwa pada pihak guru, kita lihat
usaha untuk menimbulkan perubahan pada siswa sedangkan pada pihak siswa kita
lihat suatu keinginan untuk berubah atau mengubah diri. Oleh sebab itulah maka
pengetahuan tentang metode-metode mengajar atau yang disebut metode pengajaran
sangat diperlukan oleh para pendidik. Berhasil tidaknya siswa belajar sangat
tergantung pada tepat tidaknya metode mengajar yang dipergunakan oleh guru
Menurut Sanjaya (2008: 154) metode diskusi adalah metode pembelajaran
yang menghadapkan siswa pada suatu
permasalahan.
Selanjutnya Fathurrahman (2007:
179) mengatakan bahwa:
Metode diskusi adalah suatu cara penyajian bahan pelajaran dimana guru
memberi kesempatan kepada para siswa (kelompok-kelompok siswa) untuk mengadakan
perbincangan ilmiah guna mengumpul-kan pendapat, membuat kesimpulan atau
penyusun berbagai alternatif pemecahan atas sesuatu masalah.
Kegiatan belajar mengajar dengan menggunakan metode diskusi benar-benar
beralih dari guru kepada siswa. Di dalam metode diskusi siswa-siswa mendapat
tempat yang wajar dalam kehidupan sekolah. Demikian pula fungsi guru sebagai
pendidik, akan lebih memperoleh tempatnya disamping sebagai seorang yang
menyampaikan suatu bahan pelajaran kepada siswa-siswanya.
Suasana
kehidupan di dalam kelas akan terasa sebagai suatu kehidupan yang nyata. Siswa
tidak hanya menjadi pendengar atau yang ditanyai saja. Arus komunikasi tidak
hanya datang mengalir dari pihak guru kepada siswa, melainkan merupakan arus
lalu lintas pembicaraan dengan siswa.
Selanjutnya menurut Mulyono (2003:184) diskusi terbimbing adalah :
Merupakan cara mengajar dalam pembahasan dan penyajian materinya melalui
pemberian problema atau pertanyaan masalah yang harus dijawab/diselesaikan
berdasarkan pendapat atau keputusan secara bersama.
Menurut Karo-Karo (1984) dalam situs internet www.diskusi terbimbing.com
diakses tanggal 7 Mei 2010 bahwa :
Metode diskusi terbimbing adalah suatu cara penyajian bahan pelajaran
dengan menugaskan siswa atau kelompok pelajar melaksanakan percakapan ilmiah
untuk mencapai kebenaran dalam rangka mewujudkan tujuan pengajaran.
Dengan
model diskusi ini berarti ada proses interaksi antara dua atau lebih indVIidu
yang terlibat saling tukar menukar pengalaman, maupun informasi, untuk
memecahkan masalah. Pelaksanaan model diskusi dalam proses belajar mengajar
akan dapat mempertinggi partisipasi siswa secara indVIidual dan mengembangkan
rasa sosial.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
metode diskusi terbimbing adalah salah satu cara yang digunakan seorang guru
dalam menyajikan bahan pelajaran dengan pemberian masalah atau problem yang
harus dijawab atau diselesaikan berdasarkan pendapat atau keputusan secara
bersama.
b. Manfaat, kelebihan dan kekurangan metode
diskusi
1). Manfaat metode diskusi
Manfaat metode diskusi antara lain untuk:
a) Melatih siswa agar berani
mengemukakan pendapat di muka umum secara sistematis, menentukan pengambilan
keputusan yang bertanggung jawab, bertindak konsisten dan konsekuen dengan
hal-hal yang telah diputuskan, serta dapat mengembangkan hal-hal yang telah
diperoleh sekarang ke arah yang lebih sempurna.
b) Merangsang siswa agar lebih
bersedia menggali, memahami, dan mencari alternatif-alternatif pemecahan
masalah yang sedang didiskusikan.
c) Memberi kesempatan kepada
para pelajar untuk lebih mempelajari hubungan antara manusia dan mengembangkan
diri ke arah wawasan pribadi secara mantap.
d) Mengembangkan diri siswa
sehingga menjadi lebih alih dan cakap untuk mengelola bidang-bidang kegiatan
yang sesuai dengan kemampuannya.
e) Lebih memahami orang lain
dengan segala kelebihan dan kekurangan yang dimiliki oleh yang bersangkutan
(Fathurrahman, 2007: 182).
Berdasarkan pendapat di atas dapat dilihat bahwa metode diskusi sangat
bermanfaat untuk mengembangkan, merangsang dan melatih siswa agar berani
mengemukakan pendapat, dan memahami orang lain dengan segala kelebihan dan
kekurangannya.
2). Kelebihan-kelebihan metode diskusi
a) Melibatkan siswa secara
langsung dalam proses belajar mengajar.
b) Memupuk kepercayaan kepada
diri sendiri
c) Mengembangkan berbagai
pendapat dari berbagai sumber
d) Menghasilkan pandangan baru
e) Memudahkan pencapaian tujuan
f) Melatih siswa belajar
bertukar pikiran dan berfikir secara terarah
g) Memupuk sikap toleran, mau
menerima dan memberi
h) Mengembangkan kebebasan
intelek siswa
i) Memberi kesempatan kepada
mereka untuk menjalin hubungan atau kerjasama berikutnya (Fathurrahman, 2007:
183).
3). Kelemahan-kelemahan metode diskusi
Kelemaham metode diskusi adalah:
a) Hasil diskusi tidak bisa
dicapai dengan baik, sebab diskusi menyimpang dari pokok bahasan.
b) Diskusi tidak dapat berfungsi
sebagaimana mestinya jika peserta tidak mempunyai latar belakang pengetahuan
tentang masalah yang didiskusikan.
c) Diskusi tidak akan melibatkan
segenap peserta bila pemimpin kurang bijaksana.
d) Diskusi mungkin dikuasai atau
diambil alih oleh orang-orang tertentu saja (Sanjaya, 2008: 155).
Bertolak dari pendapat di atas dapat dilihat bahwa metode diskusi
disamping memiliki kelebihan juga memiliki
kelemahan metode diskusi dapat melatih belajar bertukar pikiran, namun diskusi
tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya jika peserta tidak mempunyai latar
belakang pengetahuan tentang masalah yang didiskusikan. Metode diskusi dapat
mengembangkan berbagai pendapat dari berbagai sumber akan tetapi diskusi tidak
bisa dicapai dengan baik, jika diskusi menyimpang dari pokok bahasan.
c. Langkah-langkah penggunaan metode diskusi
kelompok
Sanjaya (2008: 156) mengemukakan langkah-langkah penggunaan metode
diskusi kelompok adalah:
1) Guru mengemukakan masalah
yang akan didiskusikan dan memberikan pengarahan seperlu-nya mengenai cara-cara
pemecahannya. Dapat pula pokok masalah yang akan didiskusikan itu ditentukan
bersama-sama oleh guru dan siswa. Yang penting judul atau masalah yang akan
didiskusikan itu harus dirumuskan sejelas-jelasnya agar dapat dipahami
baik-baik oleh setiap siswa.
2) Dengan pimpian guru para siswa
membentuk kelompo-kelompok diskusi, memilih pimpinan diskusi (Ketua, sekretaris
(pencatat), pelapor (kalau perlu), mengatur tempat duduk, ruangan, sarana dan
sebagainya). Pimpinan diskusi sebaiknya berada di tangan siswa yang:
a. Lebih memahami/menguasai
masalah yang akan didiskusikan.
b. Berwibawa dan disenangi oleh teman-temannya
c. Berbahasa baik dan lancar bicaranya
d. Dapat bertindak tegas, adil dan demokratis
Tugas pimpinan diskusi antara lain ialah:
a. Pengatur dan pengarah acara diskusi
b. Pengatur lalu lintas percakapan
c. Penengah dan penyimpul berbagai
pendapat
3) Para siswa berdiskusi di
dalam kelompoknya masing-masing, sedangkan guru berkeliling dari kelompok satu
ke kelompok yang lain (kalau ada lebih dari satu kelompok) menjaga ketertiban
serta memberikan dorongan dan bantuan sepenuhnya agar setiap anggota kelompok
berpartisipasi aktif dan agar diskusi berjalan lancar. Setiap anggota kelompok
harus tahu persis apa yang akan didiskusikan dan bagaimana caranya berdiskusi.
Diskusi harus berjalan dalam suasana bebas, setiap anggota harus tahu bahwa hak
bicaranya sama.
4) Kemudian tiap kelompok
melaporkan hasil diskusinya. Hasil-hasilnya yang dilaporkan itu ditanggapi oleh
semua siswa (terutama dari kelompok lain). Guru memberi ulasan atau penjelasan
terhadap laporan-laporan tersebut.
5) Akhirnya para siswa mencatat
hasil (hasil-hasil) diskusi, dan guru mengumpulkan laporan hasil diskusi dari
tiap-tiap kelompok sesudah para siswa mencatatnya untuk file kelas.
Berdasarkan langkah-langkah yang dikemukakan di atas, maka penulis
memberikan kesimpulan bahwa dalam penggunaan metode diskusi kelompok kita harus
menerapkan langkah-langkah metode diskusi kelompok agar tujuan yang kita
harapkan dapat tercapai sebagaimana mestinya.
2. Hasil Belajar
a. Pengertian hasil belajar
Belajar merupakan suatu aktVIitas bagi setiap orang yang dapat terjadi
setiap saat. Hal dari belajar ditandai dengan adanya perubahan pada diri orang
yang belajar. Perubahan itu tidak hanya berkaitan dengan penambahan ilmu
pengetahuan, tetapi menyangkut aspek organisme dan tingkah laku seseorang.
Dalam kamus Bahasa Indonesia hasil berarti sesuatu yang telah dicapai,
dikerjakan dan sebagainya. Menurut Hidoyo (1990:139) memberikan batasan bahwa :
“Hasil belajar adalah proses berpikir menyusun hubungan-hubungan antara
bagian-bagian interaksi yang telah diperoleh sebagai pengertian, karena itu
orang jadi memahami dan menguasai hubungan-hubungan tersebut sehingga orang itu
dapat menampilkan pemahaman dan penguasaan bahan pelajaran yang dipelajari”
Hasil belajar tidak akan pernah dihasilkan selama seseorang tidak
melakukan kegiatan belajar. Kenyataan menunjukkan bahwa untuk mendapatkan hasil
belajar yang baik tidak semudah yang dibayangkan tetapi harus didukung oleh
sebuah kemauan dan minat dalam belajar serta program pengajaran yang baik.
b. Fungsi hasil belajar
Menurut Sudjana (2005:3) fungsi hasil belajar yaitu :
1) Alat untuk mengetahui tercapai tidaknya
tujuan instruksional
2) Umpan balik bagi perbaikan proses belajar
mengajar, perbaikan mungkin dilakukan dalam hal tujuan instruksional, kegiatan
belajar siswa strategi mengajar guru.
3) Dasar dalam penyusunan laporan kemajuan
belajar siswa kepada para orang tuanya. Dalam laporan tersebut dikemukakan
kemampuan dan kecakapan belajar siswa dalam berbagai bidang studi dalam bentuk
nilai-nilai prestasi yang dicapainya.
c. Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil
belajar
Hasil belajar siswa merupakan hasil interaksi antara berbagai faktor
yang mempengaruhi, baik dari diri maupun dari luar diri siswa pengenalan
terhadap faktor-faktor tersebut penting sekali artinya dalam membantu siswa
mencapai hasil belajar yang sebaik-baiknya. Disamping itu, diketahui
faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar, akan dapat diidentifikasi faktor
yang menyebabkan kegagalan bagi siswa sehingga dapat dilakukan antisipasi atau
penanganan secara dini agar siswa tidak gagal dalam belajarnya atau mengalami
kesulitan belajar.
Purwanto (2007:102) mengemukakan faktor-faktor yang mempengaruhi hasil
belajar, yaitu :
1) Faktor dari diri organisme
itu sendiri yang disebut faktor indVIidual (kematangan/pertumbuhan, kecerdasan,
latihan, motVIasi dan faktor pribadi).
2) Faktor yang ada di luar
indVIidu yang disebut faktor sosial (keluarga/keadaan rumah tangga, guru dan
cara mengajarnya, alat-alat yang diperlukan dalam belajar mengajar, lingkungan
dan kesempatan yang tersedia, dan memotVIasi.
Pendapat di atas relevan dengan pengklasifikasian faktor‑faktor
yang mempengaruhi hasil belajar sebagaimana dikemukakan oleh Slameto (1995:
54), yaitu:
1) Faktor‑faktor intern, berupa:
faktor jasmaniah, terdiri atas: faktor kesehatan, cacat tubuh; faktor
psikologis, terdiri atas: inteligensi, perhatian, minat, bakat, motif,
kematangan, dan kesiapan; dan faktor kelelahan
2) Faktor‑faktor ekstern, berupa:
faktor keluarga (cara orang tua mendidik, relasi antaranggota keluarga, suasana
rumah, keadaan ekonomi keluarga, pengertian orang wa, dan latar belakang
kebudayaan), faktor sekolah (metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan
siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, alat pelajaran, waktu
sekolah, standar pelajaran di atas ukuran, keadaan gedung, metode belajar, dan
tugas rumah), faktor masyarakat (kegiatan siswa dalam masyarakat, mass media,
teman bergaul, dan bentuk kehidupan masyarakat).
Berdasarkan kedua pendapat di atas, pada hakikatnya terdapat berbagai
faktor yang dapat mempengaruhi proses dan hasil belajar siswa, namun pada
intinya pendataan belajar dapat diklasifikasikan atas dua faktor, yaitu faktor
yang bersumber dari dalam diri siswa maupun dari luar dirinya. Faktor dari diri
berupa faktor fisik, psikologis dan gaya belajar, sedangkan faktor dari luar
diri siswa, yaitu faktor lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, lingkungan
masyarakat, maupun lingkungan pergaulan siswa yang mempengaruhi aktivitas
belajarnya sehari-hari.
B. Kerangka Pikir
Kegiatan guru dalam proses belajar mengajar meliputi dua hal pokok yaitu
belajar dan mengajar. Kegiatan belajar dimaksudkan secara langsung mengaitkan
siswa untuk mencapai tujuan pengajaran, sedangkan belajar dimaksudkan adalah
usaha siswa untuk menyerap apa yang diberikan oleh pengajar.
Apabila guru dalam melaksanakan pengajaran, berpedoman pada dimensi
pengajaran efektif, maka pembelajaran melalui
metode diskusi terbimbing akan mendapat respon yang baik, dalam arti
yang ditampilkan oleh seorang guru dalam pengajaran berlangsung akan mendapat
penilaian yang tinggi dari berbagai pihak, khususnya siswa sehingga pada
gilirannya guru dapat mengintropeksi diri tentang kekurangan yang dimiliki.
Adapun bagan dari kerangka pikir di atas adalah sebagai berikut :
Hasil Belajar IPS
meningkat
Gambar.1 Bagan
Kerangka Pikir
C. Hipotesis Tindakan
Hipotesis tindakan dalam penelitian ini adalah jika diterapkan metode
diskusi terbimbing dalam pembelajaran, maka hasil belajar pada mata pelajaran
IPS siswa kelas VI SD Negeri 10 Parenring Kecamatan Tanete Riaja Kabupaten
Barru dapat meningkat.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Pendekatan dan
Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kualitatif dan
kuantitatif. Jenis penelitian ini adalah : penelitian tindakan kelas (PTK) yang
akan dilaksanakan dalam dua siklus dengan empat tahap yaitu perencanaan,
pelaksanaan, tindakan, observasi dan refleksi.
Keempat langkah PTK ini mengacu pada modifikasi diagram oleh model Kurt
Lewin (Umar dan Kaco, 2008:4) dalam bentuk spiral sebagai berikut :
Perencanaan
1
Refleksi
4
Siklus I
Aksi
2
Observasi
3
Perencanaan
5
Refeleksi
8
Siklus II
Aksi
6
Observasi
7
Gambar 3.1 PTK Model Kurf Lewin
B. Fokus Penelitian
Titik
perhatian dalam penelitian ini yaitu penerapan metode diskusi terbimbing dengan
menyelidiki beberapa faktor antara lain :
1. Faktor guru, yaitu melihat sejauhmana
kemampuan guru menerapkan metode diskusi terbimbing dalam pembelajaran.
2. Faktor siswa yaitu keaktifan siswa dalam
proses belajar mengajar serta kemampuan mereka dalam menyelesaikan soal-soal
yang diberikan.
3. Faktor hasil, yaitu setelah mengikuti
kegiatan pembelajarandengan penerapan metode diskusi terbimbing maka hasil
belajar siswa meningkat.
C. Setting dan Subyek
Penelitian
Penelitian
ini dilakukan di SD SD Negeri 10 Parenring Kecamatan Tanete Riaja Kabupaten
Barru. Subyek penelitian adalah seluruh siswa kelas VI tahun pelajaran
2010/2011 sebanyak 35 orang yang terdiri dari 19 laki-laki dan 16 perempuan.
Untuk lebih jelasnya keadaan subyek dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 1. Keadaan subyek
No
Kelas
Jenis Kelamin
Jumlah
Laki-laki
Perempuan
1.
VI
19
16
35
Jumlah
19
16
35
Sumber data :
Papan Potensi SD SD Negeri 10 Parenring Kecamatan Tanete Riaja Kabupaten Barru
D. Prosedur
Penelitian
Penelitian tindakan kelas berisi rencana tindakan, aksi atau tindakan,
observasi dan refleksi, dengan menggunakan model siklus sebanyak dua siklus,
setiap satu siklus 2 kali pertemuan.
1. Siklus pertama
a. Tahap
perencanaan merupakan langkah awal dalam penelitian dengan menetapkan rencana
yang akan dilakukan dalam meningkatkan hasil belajar IPS siswa kelas VI SD
Negeri 10 Parenring dengan menggunakan metode diskusi terbimbing. Rencana yang
disusun berkaitan dengan langkah-langkah dalam pembelajaran IPS dengan
menggunakan metode diskusi terbimbing. Perencanaan ini juga mencakup tentang
kegiatan aksi, observasi dan refleksi yang dilakukan.
b. Aksi
merupakan tindakan yang akan dilakukan sebagai upaya perbaikan atau
meningkatkan kemampuan belajar IPS siswa kelas VI. Hal ini merupakan tindak
lanjut dari perencanaan dalam siklus pertama, yaitu dengan memberikan
pembelajaran IPS dengan menggunakan metode diskusi terbimbing sebagai aksi
pertama dalam pembelajaran IPS. Dalam pembelajaran, siswa diberikan soal-soal
IPS sementara guru menjelaskan tata cara penyelesaiannya. Selanjutnya siswa
diberi soal-soal IPS sebagai tes pertama dalam mengukur hasil belajar IPS
siswa, yaitu soal yang relevan dengan materi pelajaran IPS dengan menggunakan
metode diskusi terbimbing pada siklus pertama.
c.
Observasi merupakan pengamatan terhadap proses pembelajaran IPS dengan
menggunakan metode diskusi terbimbing sekaligus mengamati dampak dari tindakan
yang dilaksanakan berkaitan dengan pembelajaran IPS. Objek observasi yaitu
berkaitan dengan proses pembelajaran IPS oleh guru, mulai dari kegiatan awal,
kegiatan inti, dan kegiatan akhir. Demikian pula terhadap partisipasi siswa
dalam proses pembelajaran IPS.
d.
Refleksi merupakan kegiatan mengkaji dan mempertimbangkan atas hasil dari aksi
atau tindakan yang dilakukan dalam pembelajaran IPS dengan menggunakan metode
diskusi terbimbing dalam siklus pertama.
2. Siklus kedua
a. Tahap
perencanaan merupakan langkah-langkah yang akan dilakukan dalam siklus kedua
dengan berdasar pada hasil siklus pertama pada siswa kelas VI SD Negeri SD
Negeri 10 Parenring Kecamatan Tanete Riaja Kabupaten Barru. Rencana yang
disusun berkaitan dengan langkah-langkah dalam pembelajaran dengan menggunakan
metode diskusi terbimbing. Perencanaan ini juga mencakup tentang kegiatan aksi,
observasi dan refleksi yang dilakukan.
b. Aksi
merupakan tindakan yang akan dilakukan sebagai upaya perbaikan atau
meningkatkan kemampuan belajar IPS siswa kelas VI. Hal ini merupakan tindak
lanjut dari perencanaan dalam siklus pertama sekaligus melakukan perbaikan
berdasarkan hasil siklus pertama, yaitu memberikan pembelajaran IPS dengan
menggunakan metode diskusi terbimbing sebagai aksi kedua dalam pembelajaran
IPS. Dalam pembelajaran, siswa diberikan soal-soal IPS sementara guru
menjelaskan tata cara penyelesaiannya. Selanjutnya siswa diberikan soal-soal
IPS sebagai tes kedua dalam mengukur hasil belajar IPS siswa, yaitu soal yang
relevan dengan materi pelajaran IPS dengan menggunakan metode diskusi
terbimbing pada siklus ke 2.
c. Observasi
merupakan pengamatan terhadap proses pembelajaran IPS dengan menggunakan metode
diskusi kelompok sekaligus mengamati dampak dari tindakan yang dilaksanakan
berkaitan dengan pembelajaran IPS. Objek observasi yaitu berkaitan dengan
proses pembelajaran IPS oleh guru, mulai dari kegiatan awal, kegiatan inti dan
kegiatan akhir. Demikian pula terhadap partisipasi siswa dalam proses
pembelajaran IPS.
e.
Refleksi merupakan kegiatan hasil dari aksi atau tindakan yang dilakukan dalam
pembelajaran IPS dengan menggunakan metode diskusi terbimbing dalam siklus ke
2.
E. Teknik
Pengumpulan Data
Pengumpulan data penelitian ini ditempuh dengan menggunakan teknik tes,
observasi dan dokumentasi.
1. Teknik Tes
Tes adalah alat evaluasi yang bersifat objektif dan sistematis untuk
memperoleh data atau keterangan-keterangan yang diinginkan tentang seseorang
dengan cara yang cepat dan tepat.
Teknik tes dimaksudkan untuk memperoleh data hasil belajar IPS siswa
kelas VI SD Negeri 10 Parenring Kecamatan Tanete Riaja Kabupaten Barru dari
setiap siklus dengan penerapan metode diskusi terbimbing.
2. Teknik observasi
Observasi adalah suatu pengamatan langsung terhadap siswa dengan
memperhatikan tingkah lakunya.
Kegiatan observasi dimaksudkan untuk mengamati proses pelaksanaan
pembelajaran IPS oleh guru pelajaran IPS di kelas VI SD Negeri 10 Parenring,
mulai dari kegiatan awal, kegiatan inti dan kegiatan akhir. Demikian pula
terhadap partisipasi siswa dalam proses pembelajaran IPS melalui metode diskusi
terbimbing.
3. Teknik Dokumentasi
Dokumentasi adalah cara pengumpulan data melalui pencatatan, peningkatan
tertulis seperti arsip, dan lain-lain.
Dalam penelitian ini teknik dokumentasi digunakan untuk mencatat
banyaknya siswa kelas VI SD Negeri 10 Parenring dan rencana pelaksanaan
pembelajaran mata pelajaran IPS di kelas VI.
F. Teknik Analisis
Data dan Indikator Keberhasilan
Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif
berdasarkan hasil tes penelitian dengan menggunakan distribusi frekuensi dan
persentase. Nilai yang diperoleh selanjutnya dikelompokkan menjadi lima kategori.
Kriteria untuk menentukan hasil belajar siswa dikenakan teknik kategorisasi
sebagai berikut :
Skor 0
– 34 dikategorikan sangat rendah
Skor
35 – 54 dikategorikan rendah
Skor
55 – 64 dikategorikan sedang
Skor
65 – 84 dikategorikan tinggi
Skor
85 – 100 dikategorikan sangat tinggi.
Indikator dalam penelitian tindakan kelas ini adalah setelah diterapkan
pembelajaran dengan metode diskusi terbimbing setiap awal pembelajaran, maka
kualitas belajar IPS mengalami peningkatan. Kualitas kemampuan siswa dalam
menyelesaikan soal IPS ditandai dengan meningkatnya skor rata-rata dan
ketuntasan belajar siswa.
Adapun
teknik analisis kualitatif akan digunakan kategori ketuntasan belajar siswa
yaitu seorang siswa dikatakan telah tuntas hasil belajarnya bila ia telah
mencapai skor 65% atau 6,5 dan ketuntasan klasikal tercapai jika minimal 85%
mencapai nilai 65 dari skor ideal 100.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi, 2004. Prosedur Penelitian Jakarta :
Rineka Cipta
Djamara, Syaiful Basri, 2000. Psikologi Belajar. Jakarta :
Rineka Cipta.
Fathurrahman, 2007. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta :
Rineka Cipta
Ginting, Abdurrahman, 2008. Esensi Praktis Belajar dan Pembelajaran.
Yogyakarta: Condong Catur
Hasibuan, J.S. 2000. Metode Pengajaran dan
Kesulitan-Kesulitan Belajar Bandung : Tarsito.
Hudoyo, Herman, 2003. Pengembangan Kurikulum dan
Pembelajaran Matematika. Malang : UnVIersitas Negeri Malang.
Kasri, Khafid dkk. 2007. Pelajaran matematika, Jakarta :
Erlangga
Muslimin, dkk 2008. Panduan Penulisan Skripsi. Makassar
Prodi PGSD FIB UNM
Natawijaya, Rahman, 2007. Psikologi Pendidikan. Jakarta :
Rajawali
Roestiyah, N.K, 1995. Didaktik Metodik, Jakarta : PT. Bumi
Aksara
Sanjaya, Nina 2008. Strategi Pembelajaran Berorientasi
Standar Proses Pendidikan. Jakarta : Kencana Prenada Media.
Slameto, 2003. Belajar dan faktor-faktor yang
mempengaruhinya. Jakarta : Rineka Cipta
Sudjana, Nana, 2005. Proses belajar mengajar. Bandung :
Sinar Baru Aljesindo
Sumanto, dkk. 2008. Gemar Matematika 5. Jakarta : Departemen
Pendidikan Nasional.
Tirtaraharja, Umar 1984. Mengenal Metode Pengajaran di
Sekolah dan Pendekatan Baru dalam Proses Belajar Mengajar. Yogyakata : Armada.
Umar, A. dan Kaco, N. 2007. Penelitian Tindakan Kelas,
Terlaksana Badan Penerbitan UNM.
Yuniarto, S. 2007. Cerdas Matematika. Jakarta : Regina